Model Inti Atom : Model Kulit
Kita ketahui bahwa dalam model tetes cairan, nukleon-nukleon dimana masing-masing efeknya dirata-ratakan terhadap seluruh inti sehingga mampu menerangkan sifat inti seperti energi ikat
per nukleon. Perlu diingat juga, pada beberapa sifat lain
seperti energi keadaan tereksitasi dan momen magnet, memerlukan suatu model mikroskopik.
Ada
suatu perubahan mencolok dalam sifat-sifat inti yakni bilangan ajaib (magic number).
Misal N atau Z samadengan 2, 8, 20, 28,50, 82, atau 126.
Ciri dari Bilangan Ajaib :
- Inti-inti diketahui stabil dan jumlahnya banyak sekali.
- Nukleon-nukleon terakhir atau ajaib yang mengisi penuh”kulit-kulit” ini memiliki energi ikat yang tinggi.
Energi keadaan-keadaan eksitasi pertama diketahui
lebih besar daripada inti dalam urutan di dekatnya yang tidak memiliki bilangan
ajaib.
Contohnya : Bilangan ajaib Z = 50, memiliki 10
buah isotop stabil (Z sama, tetapi A berebeda), dibutuhkan energi sekitar 11
Mev untuk membebaskan satu proton, dan bahwa keadaan eksitasi pertama dari
berbagai isotop genap-genapnya adalah sekitar 1,2 Mev di atas keadaan dasar.
Fluktuasi perilaku yang serupa juga teramati dalam atom-atom, pada saat
elektron-elektron mengisi penuh berbagai kulit atom. Kemiripan perilaku ini
memberi kesan bahwa beberapa sifat ini mungkin dapat diterangkan dengan model
kulit inti.
Pada dasarnya struktur kulit
atom diperoleh lewat sejumlah hampiran berurutan. Pertama dianggap bahwa
tingkat-tingkat energi suatu inti bermuatan Ze terisi secara berurutan oleh
buah Z buah elektron dan kemudian koreksi dilakukan untuk berbagai efek interaksi.
Untuk mengembangkan gambaran
atau model kulit inti melalui pendekatan yang sama, maka harus digunakan
potensial yang berbeda untuk menyatakan gaya-gaya inti yang berjangkau pendek.
Salah satu hampirannya adalah dengan menganggap bahwa nukleon-nukleon bergerak
dalam suatu potensial osilator harmonik.
V
=
kR2 =
m w2 R2
.
Tingkatan energinya diberikan oleh :
E = (n +3/2) + hw
Tentunya dengan
= 2(n-1)
+ l.
Besaran bilangan kuantum
momentum sudut orbital (l) mengambil nilai-nilai 0,1,2,3, . . . Bilangan
n adalah suatu bilangan bulat yang mengambil nilai-nilai 1,2,3,4, ...
Pada notasi spektroskopik, keadaan-keadaan
momentum sudut orbital nukleon ditunjukkan nilai momentum sudut orbital (l) adalah 0, 1, 2, 3...dan lambang huruf s
p d f
g h...
Berbagai tingkat energi yang
diramalkan dari potensial osilator harmonik dengan jumlah nukleon maksimum pada
tiap-tiap energi sesuai dengan asas larangan pauli.Menurut M.Mayer dan
J.Jensen, secara terpisah mengusulkan kehadiran interaksi spin-orbit (1. s) di
samping potensial osilator harmonik. Karena nukleon-nukleon memiliki nilai
tunggal s = 1/2 untuk bilangan kuantum spinnya, maka efek
spin-orbit akan menyebabkan tiap-tiap keadaan momentum sudut orbital dengan l
> 0 pecah dalam dua orbit, maka bilangan kuantum momentum sudut totalnya j
= l + s atau j = l – s.
Pemisahan energi
antara kedua orbit sebanding lurus dengan 2l + 1, maka dengan demikian menjadi
semakin lebar begitu l bertambah. Orbit-orbit pecahan yang baru ini diberi nama
dengan menambahkan penulisan nilai j sebagai indeks bawah susun pada lambang
keadaan momentum sudut.
Untuk inti-inti, lebih mudah
untuk menuliskan kembali asal larangan Pauli sebagai berikut :
Tidak ada nukleon yang memiliki himpunan bilangan
kuantum yang sama (n,l,j,mj).Akibatnya, jumlah
nukleon maksimum yang terkadnung dalam sebuah orbit adalah 2j + 1 buah.
Perlu diketahui dalam atom, pemisahan spin-orbit merupakan efek kecil yang menimbulkan
struktur halus, tetapi dalam inti, interaksi spin-orbitnya
agak kuat sehingga menimbulkan pemisahan energi yang berorde sama dengan
pemisahan tingkat-tingkat energi osilator harmonik.
Perbedaan lain antara
pemisahan 1.s dalam inti dan atom adalah bahwa dalam inti, energi orbit j =l + 1/2
lebih rendah daripada milik orbit J = l - 1/2 yang merupakan kebalikan dari yang dijumpai
dalam atom.
Pernyataan yang timbul
sekarang adalah tidak mungkin untuk meramalkan
apakah spin-orbit akan atau tidak akan “melewati” tingkat-tingkat energi
osilator harmonik dan ternyata pengurutan akhir orbit- orbit ini ternyata masih
ditentukan dari data-data eksperimen. Penutupan kulit-kulit (Shell Closing)
sangat berhubungan dengan bilangan-bilangan ajaib.
Pada orbit yang sama
proton-proton dan (netron-netron) dalam orbit yang sama
cenderung berpasangan membentuk keadaan-keadaan yang momentum sudutnya nol.
Maka, inti-inti genap-genap akan memiliki momentum sudut total J = sigma j, sama
dengan nol, sedangkan jika intinya memiliki jumlah proton atau netron yang
ganjil, maka momentum sudut totalnya adalah momentum sudut nukleon yang
terakhir (yang ganjil).
Komentar
Posting Komentar